Langsung ke konten utama

Persepuluhan : Apa, Mengapa, dan Bagaimana??


Untuk dapat memahami makna perpuluhan dengan baik dan benar, maka kita harus memahami apa sebenarnya makna persembahan menurut iman Kristen kita.


Pertama : Persembahan adalah tanda pengakuan
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Diri kita dan seluruh harta kita seratus persen adalah milik Tuhan yang dipercayakanNya kepada kita untuk kita kelola dan nikmati sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kita pertanggungjawabkan kepadaNya (Matius 25:14-30). Sebagian dari apa yang ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan lagi kepada Tuhan dalam ibadah sebagai tanda pengakuan kita bahwa diri dan segala kekayaan kita berasal dari Tuhan dan pada dasarnya milik Tuhan.

Tradisi Israel kuno menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah disebut persepuluhan. Pada awalnya berbentuk natura kemudian dapat digantikan dengan uang. Sebenarnya bukan jumlah pemberian sepuluh persen itu yang pokok, sebab seperti dikatakan di atas hidup kita seratus persen adalah pemberian dan milik Tuhan. Satu lagi: Tuhan adalah Pemilik kehidupan dan Dia sama sekali tidak tergantung kepada pemberian kita (Mazmur 50). Lagi pula Tuhan itu maha baik dan maha pemurah, Dia mengasihi kita dan bahkan memberikan AnakNya yang tunggal kepada kita (Yohanes 3:16). Lantas apa makna persepuluhan itu? Dengan mengembalikan sepersepuluh atau 10% dari penghasilan dan kekayaan pemberian Tuhan kita mau melatih dan mendisiplinkan diri kita mengaku bahwa Tuhanlah yang empunya hidup kita. Artinya: kita mau belajar memberikan persembahan secara tetap dan teratur, tidak tergantung mood atau suasana hati, juga situasi dan kondisi ekonomi. Ini baik dalam rangka melatih iman.

Kedua:persembahan tanda syukur dan terima kasih.
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima sangat banyak kebajikan dan kemurahan Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur atau ucapan terimakasih. Sebab itu kita memberikannya dengan penuh sukacita dan ikhlas! Persembahan sebab itu adalah respons atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan adalah respons karena dan bukan syarat supaya mendapatkan berkat Allah! Persembahan termasuk persepuluhan bukanlah untuk merangsang kebajikan Allah namun respon orang beriman terhadap kebajikan Allah.

Sebab itu (Maleakhi 3:10) juga harus dipahami bukan sebagai perintah Tuhan untuk memaksa kita memberi “upeti” kepadaNya, tetapi lebih sebagai seruan Tuhan agar kita percaya kepadaNya bahwa Dia baik dan setia serta selalu mencurahkan segala berkatNya. Kita tidak sedang bernegosiasi bisnis dengan Tuhan. Tanpa disogok, atau diberi persembahan pun, Tuhan Allah tetap baik dan setia, serta melimpahkan rahmatNya kepada kita. Namun sebagai orang-orang beriman tentu kita pantas bersyukur. Salah satu ungkapan syukur itu adalah memberi persembahan persepuluhan. Atau: persembahan mingguan, bulanan, atau tahunan. Sebagai persembahan syukur gereja tentu tidak perlu mematok jumlahnya. Jika kita mau komit (tanpa diperintah oleh siapapun) memberikan 10% dari penghasilan kita baik-baik dan sah-sah saja. Jika kita menetapkan kurang atau lebih juga baik dan sah. Ingat: Tuhan tidak membutuhkan belas kasihan umatNya. Sebaliknya Dialah yang berbelas kasih kepada umatNya.

Ketiga: tanda kasih dan kemurahan hati
Yesus Kristus sudah memberikan diriNya kepada kita, menderita dan berkorban bagi kita. Sebab itu kita juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesama kita. Sebagaimana Kristus rela memecah-mecah tubuh dan mencurahkan darahNya untuk umat yang dikasihiNya, kita juga mau memecah-mecah roti dan berkat kehidupan untuk sesama. Ketika memberi persembahan kita sekaligus mau mengingatkan diri kita dan membaharui komitmen/ janji kita untuk selalu memberi, berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus, Tuhan kita. (I Yoh 3:16-18).

Tidak ada patokan yang mengatakan bahwa persembahan persepuluhan harus ditujukan kepada gereja sebagai organisasi. Persembahan persepuluhan juga bisa diberikan kepada orang-orang miskin, lembaga sosial dan kemanusiaan. Yang penting di sini adalah persembahan persepuluhan itu adalah juga sekaligus tanda komitmen solidaritas dan cinta kasih kita kepada saudara-saudara Tuhan yang miskin, sakit, menderita dan terabaikan. Apa yang kita berikan kepada saudara-saudara Yesus yang miskin sama artinya dengan memberikannya kepada Tuhan. Sebab itu silahkan saja kita tentukan kemana hendak menyalurkan komitmen persepuluhannya. Bisa utuh kepada gereja, lembaga sosial dan kemanusiaan, atau dibagi-bagi. Jika menyampaikannya kepada gereja bisa juga tentukan persembahan persepuluhan secara spesifik ditujukan untuk pelayanan dibidang apa: diakoni, kesaksian, pembangunan, sekolah minggu dan lain-lain.

Keempat: tanda iman atau kepercayaan
Kita percaya bahwa Tuhan mencukupkan kebutuhan kita dan menjamin masa depan kita. Sebab itu kita tidak perlu kuatir atau kikir. Dengan memberi persembahan kita mau mengatakan kepada diri kita bahwa kita tidak takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Persembahan adalah tanda iman kita kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Sebab itu kita memberi persembahan tidak hanya di masa kelimpahan tetapi juga di masa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun juga saat miskin. (Lih. Flp 4:17-19, II Kor 9:8).

Dengan memberikan persembahan, termasuk persepuluhan, termasuk di saat kita miskin atau kekurangan, kita sebenarnya mau melatih diri kita tetap beriman kepada Tuhan. Bahwa dengan memberikan sepersepuluh dari penghasilan kita maka kita tidak akan jatuh semakin miskin atau mati kelaparan. Di sini tentu saja kita harus kritis. Seandainya karena satu atau lain hal kita “gagal” memberikan persembahan perpuluhan kita juga tidak perlu merasa berdosa. Tuhan tidak pernah menuntut apa-apa dari kita. Dia sangat mengasihi kita. Namun, sebaliknya kita harus juga hati-hati, sebab kita juga bisa jatuh dalam sikap pembenaran diri, bermain-main atau seenaknya saja dalam memberi persembahan. Dan hal itu tidak baik bagi perkembangan jiwa kita. Kita harus belajar bertumbuh dan semakin dewasa dalam iman.

ada sebagian gereja memang sengaja tidak menjadikan persembahan persepuluhan sebagai sebuah aturan atau dogma sebab dalam memberi persembahan yang terpenting bukanlah jumlah nominalnya tetapi motif atau alasan hati yang ada dibalik persembahan itu. Persembahan apapun dan berapa pun, termasuk persepuluhan, yang keluar dari hati yang bersih dan tulus, penuh syukur, dan tidak punya pamrih, tentu berkenan di hati Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan Merajut Kehidupanmu

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.” Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; ” anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. “ Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah y

Ikhlas Saat Ditinggalkan Oleh Orang yang Kita Sayangi

Ada seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan saat ditinggal mati suami yang sangat dicintainya. Demikian besar rasa cintanya, sehingga ia memutuskan untuk mengawetkan mayat suaminya dan meletakkannya di dalam kamar. Setiap hari, dia menangisi suaminya yang telah menemaninya bertahun-tahun. Wanita itu merasa dengan kematian suaminya, maka tidak ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya. Cerita tentang wanita itu terdengar oleh seorang pria bijak yang juga terkenal memiliki kesaktian yang tinggi. Didatanginya wanita tersebut, dan dia mengatakan bisa menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah memilikinya. Namun, ada syarat lain, bumbu dapur tersebut harus diminta dari rumah yang anggota keluarganya belum pernah ada yang meninggal dunia sama sekali. Mendengar hal itu, muncul semangat di hati sang wanita tersebut. Dia berkeliling ke semua tetangga dan berbagai penjuru tempat. Setiap rumah memiliki bumbu