Langsung ke konten utama

Kebijaksanaan

Pada jaman dahulu kala, ada seorang anak yang senang sekali belajar. Ia ingin memperoleh hikmat dan kebijaksanaan, lalu ia pergi ke orang yang paling bijaksana di kota itu, Socrates, untuk meminta nasihat. Socrates sudah sangat tua dan memiliki pengetahuan yang sangat luas di samping terkenal karena kebijaksanaannya. Anak itu lalu bertanya kepada Socrates bagaimana ia juga dapat memperoleh kebijaksanaan. Socrates yang terkenal jarang berbicara banyak, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan anak itu dengan kata- kata, tetapi dengan ilustrasi.

Ia membawa anak itu ke pantai dan dengan pakaian yang masih lengkap terus berjalan ke arah air sampai pakaiannya menjadi basah. Ia suka melakukan hal-hal yang membangkitkan rasa ingin tahu, terutama ketika ia sedang mencoba untuk membuktikan sesuatu. Anak itu dengan bersemangat mengikuti instruksi Socrates dan ikut berjalan ke arah laut sampai permukaan air mencapai dagu mereka. Tanpa berkata apa-apa, Socrates mengulurkan tangannya ke arah bahu anak itu. Sambil memandang mata anak itu dengan tajam, tiba-tiba Socrates mendorong kepala anak itu ke bawah air dengan sekuat tenaga.

Anak itu meronta-ronta dan tepat sesaat sebelum anak itu kehabisan napas, Socrates melepaskan cengkeramannya. Anak itu segera keluar ke permukaan air dan mengambil napas sebanyak-banyaknya sambil terbatuk- batuk karena air laut yang asin, melihat ke sekeliling dengan marah mencari Socrates untuk meminta penjelasan atas perbuatannya. Sedangkan anak itu sedang bingung, Socrates sudah menunggu dengan sabar di pinggir pantai. Ketika anak itu sampai di pinggir pantai, ia langsung berteriak, “Kenapa kamu mencoba membunuh saya?”

Socrates dengan tenang menjawab dengan pertanyaan: “Anakku, ketika kamu sedang di bawah air dan tidak yakin apakah kamu masih bisa hidup lagi, apa yang kamu inginkan melebihi semua yang ada di dunia ini?”

Anak itu merenung sebentar lalu menjawab dengan pelan, “Saya hanya ingin bernapas.”
Socrates tersenyum dengan lebar sambil menatap anak itu dan berkata, “Ah! Saat kamu menginginkan hikmat dan kebijaksanaan sebegitu besarnya seperti kamu ingin bernapas, itulah saatnya dimana kamu akan segera mendapatkannya!” [sumberkristen.com]




Seringkali kondisi terbaik untuk mencapai sesuatu yang terbaik memerlukan kesiapan dan keinginan yang sangat kuat sebagai syarat untuk mendapatkan yang kita inginkan. Seberapa besar persiapan Anda dan seberapa besar keinginan Anda untuk mempelajari sesuatu atau untuk melakukan sesuatu sangat menentukan hasilnya. Persiapkan hati dan pikiran Anda, dan kumpulkan keinginan hati terbesar untuk mencapai kesuksesan Anda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan Merajut Kehidupanmu

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.” Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; ” anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. “ Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah y...

Persepuluhan : Apa, Mengapa, dan Bagaimana??

Untuk dapat memahami makna perpuluhan dengan baik dan benar, maka kita harus memahami apa sebenarnya makna persembahan menurut iman Kristen kita. Pertama : Persembahan adalah tanda pengakuan Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Diri kita dan seluruh harta kita seratus persen adalah milik Tuhan yang dipercayakanNya kepada kita untuk kita kelola dan nikmati sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kita pertanggungjawabkan kepadaNya (Matius 25:14-30 ) . Sebagian dari apa yang ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan lagi kepada Tuhan dalam ibadah sebagai tanda pengakuan kita bahwa diri dan segala kekayaan kita berasal dari Tuhan dan pada dasarnya milik Tuhan. Tradisi Israel kuno menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah disebut persepuluhan. Pad...

Manusia seperti sebuah buku

Renungan ini dari @Magdalena Santa Sihombing yang mengirimkan pesan,,, Jika sahabat ingin renungan anda diposting di group ini, silahkan kirim pesan ke admin..  Renungan hari ini *** Manusia seperti sebuah buku *** Cover depan adalah tanggal lahir. Cover belakang adalah tanggal kematian. Tiap lembarnya adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yg kita lakukan. Ada buku yg tebal, ada buku yg tipis. Ada buku yg menarik dibaca, ada yg sama sekali tidak menarik. Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa diedit lagi. Tapi hebatnya, seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat. Sama dengan hidup kita, seburuk apapun kemarin, Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita. Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yg benar dalam hidup kita setiap harinya. Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir, yang sudah ditetapkanNYA. Terima kasih ...