Langsung ke konten utama

PENYELESAIAN DEBAT AGAMA

Kini semakin banyak saja orang yang doyan untuk memperdebatkan kebenaran agamanya masing-masing. Orang Kristen mengomentari kebenaran dalam agama Islam, orang Islam mengomentari kebenaran dalam agama Kristen, orang dari agama A mengomentari kebenaran dalam agama B, begitu juga sebaliknya. Saya pikir debat itu tidak ada gunanya (nggak akan pernah nyambung) karena memperdebatkan kebenaran agama tidak akan memberikan kegunaan yang nyata dalam kehidupan bagi masing-masing umat beragama itu sendiri. Saya Mengusulkan agar yang harus diupayakan adalah dialog agama dan bukannya debat agama. Debat agama menyangkut diskusi masing-masing pihak, di mana yang satu mempertahankan ajaran agama yang diyakininya untuk kemudian “menyerang” kebenaran dari agama lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak dari agama lain, seperti orang Islam mengomentari ketritunggalan Allah, masalah Yesus Kristus yang datang sebagai Mesiah, masalah penebusan dosa oleh Kristus, masalah sakramen, dll, saya pikir sampai berapa abadpun orang Islam tidak akan bisa menerima kebenaran ini. Begitu juga dengan orang Kristen yang mengomentari masalah jihad, masalah syari’at Islam, masalah haram atau halal, masalah naik haji, masalah sholat, dsb, saya pikir sampai berapa abadpun orang Kristen tidak akan bisa menerima kebenaran ini. Hal ini disebabkan karena masing-masing pihak cenderung untuk memakai kaca mata agamanya sendiri ketika ia berdebat tentang agama, dan biasanya yang dihasilkan dari debat agama hanyalah perasaan gondok atau bete yang muncul di hati si peserta debat, dari perasaan gondok atau bete inilah biasanya sering kali menyebabkan pertengkaran mulut, dari pertengkaran mulut menjurus ke pertengkaran fisik, dari pertengkaran fisik menjurus ke arah perpecahan, dari perpecahan akan menjurus ke arah perang agama. Jadi jelasah bahwa kerugian dari debat agama lebih besar daripada kegunaannya. Untuk lebih mudahnya saya akan memberikan ilustrasi sebagai berikut: jika kebenaran yang masing-masing anda komentari saya ibaratkan sebagai kertas putih, lalu masing-masing pihak (dalam hal ini umat Islam dan Kristen) saya suruh mereka untuk melihat kertas putih tersebut dari kaca mata agamanya masing-masing. Orang Islam yang menggunakan “kaca mata hijau” akan melihat kertas tersebut tidaklah putih melainkan hijau. Begitu juga dengan orang
Kristen yang menggunakan “kaca mata merah” akan melihat kertas tersebut tidaklah putih namun berwarna merah sama seperti yang dilihatnya.

Manakah yang benar?
Dua-duanya tentu saja benar. Jika masing-masing pihak ngotot untuk memperdebatkan kebenaran agamanya masing-masing, ujung-ujungnya malah bentrok yang tidak berkesudahan. Orang Islam bilang hijau, orang Kristen bilang merah, padahal objeknya sama yaitu kertas putih tadi. Orang Islam bilang Kristen itu kafir, orang Kristen bilang orang Islam itu tidak mempunyai jaminan keselamatan, orang Kristen bilang orang Islam doyan hukum yang keras (sok tegas), orang Islam bilang hukum Kristen itu lunak tidak tegas (sok kasih) dan bla bla bla bla terus, kalau masing-masing pihak terus-terusan mempertahankan sikap benar sendiri, sikap tidak mau mengalah, maka untuk “perang agama” tinggal tunggu waktu saja. Jadi cara untuk menemukan solusi terbaik yang bisa diterima oleh masing-masing pihak baik dari pihak Muslim maupun Nasrani adalah mencopot kaca mata agama kalian sendiri, dan coba kalian lihat kertas putih tersebut langsung dengan mata kalian sendiri tanpa melalui kaca mata agama (dalam hal ini memang sulit, tapi perlu anda coba). Karena kalau kalian mempertahankan kaca mata agama kalian sendiri untuk tetap ngotot dalam mempertahankan kebenaran kalian untuk berdebat, biarpun kalian mencoba berdebat hingga mulut kalian berbusa seperti busa coca-cola atau bahkan seperti busa rinso, sia-sia sajalah usaha kalian alias tanpa hasil. Buang-buang tenaga dan buang-buang waktu saja lebih baik berdebat masalah lain saja di luar masalah agama.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan Merajut Kehidupanmu

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.” Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; ” anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. “ Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah y...

Persepuluhan : Apa, Mengapa, dan Bagaimana??

Untuk dapat memahami makna perpuluhan dengan baik dan benar, maka kita harus memahami apa sebenarnya makna persembahan menurut iman Kristen kita. Pertama : Persembahan adalah tanda pengakuan Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Diri kita dan seluruh harta kita seratus persen adalah milik Tuhan yang dipercayakanNya kepada kita untuk kita kelola dan nikmati sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kita pertanggungjawabkan kepadaNya (Matius 25:14-30 ) . Sebagian dari apa yang ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan lagi kepada Tuhan dalam ibadah sebagai tanda pengakuan kita bahwa diri dan segala kekayaan kita berasal dari Tuhan dan pada dasarnya milik Tuhan. Tradisi Israel kuno menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah disebut persepuluhan. Pad...

SENYUM YANG BERARTI

Bacaan Mazmur 92 : 1 – 5 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17 : 22) Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kalau kita terbang dengan menggunakan pesawat Singapore Airlines, maka kesan pertama yang kita lihat adalah pelayanan yang sangat ramah, itu wajar karena Motto perusahaan ini bagi seluruh awak kabinnya adalah “ Smile.....Smile.....and.. Smile” sehingga kita tidak perlu terkejut kalau perusahaan penerbangan ini menjadi salah satu perusahaan penerbangan yang paling disukai Customernya. Walaupun harga tiketnya termasuk yang paling mahal, tetapi seluruh penerbangannya selalu saja penuh. Dalam bacaan hari ini kita diajak oleh Pemazmur untuk...